Presiden
Harapan Rakyat
Oleh
: Kosim Rahman
Pergantian
pemerintah sudah terjadi pada 20 oktober lalu, Joko Widodo sebagai presiden dan
Jusuf Kalla sebagai wakil Presiden yang
sudah mendapatkan mandat dari rakyat Indonesia untuk menjalankan roda
pemerintahan selama lima tahun. Pergantian pemimpin atau pemerintah juga
berimbas pada pergantian kebijkan yang sudah menjadi jargon politik pada saat
kampanye. Apresiasi terhadap pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono
yang telah memberikan warna terhadap pemerintahan dan masyarakat pada umumnya, serta
keberhasilan dalam bidang ekonomi.
Merupakan
amanat sekaligus mandat terhadap Jokowi dan JK, yang diklaim sebagai orang yang
popilis, merakyat dan sederhana, dan digadang-gadang akan meperbaiki serta
memajukan bangsa selama satu periode ini. Ditambah dengan beberapa aspirasi
yang datang dari semua kalangan agar pemerintahan yang baru mampu mengubah
situasi Indonesia kearah yang lebih baik. Jokowi dan JK dengan segala kemampuan
dan kerjasama yang apik dengan kementerian yang sudah bentuk dengan sebutan “kabinet
kerja” diyakini akan mengangakat derajat bangsa di mata Nasional dan
Internasional.
Pemerintahan
yang baru ini, tentunya tidak akan terlepas dari banyaknya intrepretasi dalam
menyuroti kenerja pemerintahan Jokowi-JK, terutamanya media massa, dikarenakan
terpilihnya Jokowi-JK juga tidak terlepas dari peran aktif media massa dalam
memberikan informasi objektif tentang calon Presiden dan Wakil Presiden yang
dikenal “blusukanya” ini.
Selama
masa kampanye, Jokowi-JK berjanji akan memperbaiki Pendidikan, Kesehatan,
Kesejahteraan, dan yang tidak kalah penting adalah Jokowi akan memperbaiki
kelautan yang dikenal dengan sebutan “Maritim”.
Janji itu rasanya mustahil untuk diwujudkan tanpa adanya reformasi Birokrasi,
perbaikan Infrastruktur yang menunjang perbaikan tersebut.
Presiden
RI yang ke 7 ini, banyak disoroti oleh negara-negara Asing karena memiliki ke-khas-an, blusukannya serta
kesederhanaanya yang tidak dimiliki oleh pemimpin pemimpin negara lainnya. Gaya
blusukan ini sangat berpengaruh
terhadap elektabilitas yang hampir tidak tertandingi. Blusukan Presiden akan mementukan jalanya bangsa lima tahun, dan
selalu berdampingan dengan rakyat Indonesia.
Riuh
dan tepuk tangan di pemerintahan baru mewarnai jalanya proses pelantikan dan
pasca pelantikan di gedung DPR RI. Momentum itu tidak mungkin disisiakan oleh
pasangan Presiden dan Wakil Presiden, dimana seluruh masyarakat Indonesia juga
sangat bangga dengan hadirnya tokoh nomor satu di Republik Indonesia ini.
“Kerja
keras dan kerja cerdas”, sebuah kalimat sederhana yang cukup mengegerkan di
telinga masyakat hari ini. Maka dengan ini Jokowi-JK selama masa
pemerintahannya harus betul-betul mengabdi pada bangsa dan negara, dengan
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan “Gotong Royong”.
Harapan
rakyat terhadap presiden yang baru ini, dapat membawa bangsanya lebih
bermartabat, dan di hargai oleh bangsa lainnya. Kritik konstruktif yang datang
masyarakat mudah-mudahan tidak diabaikan dan tidak lagi dijadikan pencintraan
yang bertumpu pada meningkatnya elektabilitas semata, dan juga presiden juga
tidak merasa alergi dengan yang namanya kritik. Tentunya kritik yang membangun
dan dalam memberikan solusi terhadap permasalah bangsa yang dicintai ini.
Karena
tidak mudah memperbaiki bangsa tanpa adanya kometmen serta antusiasme yang
tinggi dari pemimpin dalam membangun negara. Maka percepatan terlaksanya
program Presiden, akan berpengaruh terhadap kecerdasan kehidupan bangsa. Serta
bidang-bidang lain, baik pendidikan, ekonomi, dan terciptlah kemakmuran dan
kesejateraan masyarakat Indonesia.
Maka
dari situ presiden dan wakil presiden harus betul-betul membuka mata dan
telinga agar aspirasi masyarakat tidak diabaikan, namun sebaliknya dan
dilaksanakan. Espektasi dan tingkat kepercayaan publik yang sangat tinggi ini,
haruslah dijadikan vitamin bagi pemerintahan yang baru, serta peran aktif dari
masyarakat untuk mengontrol jalan pemerintahan Jokowi-JK