Selasa, 02 Desember 2014

Orientasi Mahasiswa Ruh membentukan Karakter


Orientasi Mahasiswa Ruh membentukan Karakter
Oleh : Kosim Rahman
Mahasiswa merupakan sebuah status yang prestisius di belahan dunia ini. Status yang memilik daya tarik dan banyak diminati oleh kaum terdidik pada umumnya. Status yang bukan main-main bagi terjadi gerakan masif, terstruktur, dan sistemik dalam semau aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Masih ingatkan kita terhadap periswa besar yang terjadi di bangsa kita?, tumbangnya rezim Soekarno pada tahun 1966, rezim Soeharto pada tahun 1998, yang disebut sebagai era reformasi, yang semua ini dimotori mahasiswa sebagai penggerak power full.  Maka dari itu kemampuan, pengetahuan dan kepekaan mahasiswa adalah modal utama untuk memperbaiki bangsa kita.
Mahasiswa adalah penentu masa depan bangsa ini, dan juga ditangan mahasiswalah, berada calon-calon pemimpin yang cerdas dan nasional. Mahasiswa adalah tumpukan dari segala kegelisana, ketidak adilan, dan ketidak sejahteraan terhadapat masyarakat kita. Mahasiswa seringkali disebut sebagai menyambung lidah bagi semua lini. Maka tidak heran jika mahasiswa memliki adagium tersendiri yaitu “Suara Mahasiswa adalah pembebasan terhadap penindasan, dan suara mahasiswa suara Tuhan”, suaranya saja sudah ditakuti, apalagi gerakannya. Mahasiswa tidak hanya dituntun pada orang tua, atau penyandang dana kuliah tetapi juga kepada bangsa Indonesia.
Adalah sebuah konsekuensi yang teramat besar dalam menyandang mahasiswa seperti yang telah diketehui tanggung jawab dan masa depannya, untuk itulah seorang mahasiswa harus sadar akan statusnya. Sikap dan mental ini haruslah ditekankan ketika para calon mahasiswa ini menginjakkan kaki pertamam kali untuk menimba pengetahuan dalam dunia kampus.
Kiranya inisiasi kampus menjadi penting untuk hal semacam pembetukan karekter dan kepemimpinan. Agar Orientasi Pengenal Akademi dan Kampus (OPAK) ini, dan bukan hanya dijadikana arena perpeloncoan dan senioritas, karena apabila hal yang tidak diinginkan terjadi maka seniornyapun tidak paham akan status mahasiswa yang disandangnya.
 Harapan besar setelah mereka diberiakan pengarahan sikap mental dan tanggung jawab yang objektif terhadap status mahasisawa yang baru disandangnya, maka seorang mahasiswa menjadi lebih peduli terhadap lingkungan sekitar mulai dari keluarga, kampus, dan negara.
Apa yang kita lihat saat ini adalah banyak sikap apatis, hingga mahasiswa tidak peduli dengan kemajuan ataukah kemunduran bangsa. Meraka seakan-akan mempunyai kehidupan sendiri tanpa membutuhkan orang lain dengan sikap anti sosial yang hanya menghabiskan waktunya dengan main game online dan situs jejaring sosial dengan temen yang berjumlah ribuan padahal jika bertemu langsung sangat jarang mengajak berkenalan.
Harus dipahami dan disadari bahwa seorang mahasiswa mempunyai kewajiban utama belajar, dengan kedewasaan berpikir dan rasa tanggung jawab, maka kegiatan belajar mengajar haruslah bersinergi dengan pengalaman berorganisasi untuk mengasah jiwa sosial kenegaraan, sebagai bentuk penyeimbang dari nilai-nilai intelektual yang dimiliki, maka apabila hal itu tidak dilakukan akan keblinger dan disorientasi. Jangan sampai masyarakat sekitar kampus, dan warga negara indonesia merasa tidak diuntungkan dengan kehadiran mahasiswa untuk membangun lingkungan.
Indonesia masih menyisakann segala macam problematika sosial, politik, ekonomi, dan hal-hal kenegeraan lainnya, maka pada mahasiswalah harapan itu di tujukan untuk memperbaiki kondisi bangsa hari ini. Kalau bukan mahasiswa siapa lagi?. Semoga masih ada marcusuar hari ini mampu menjadi cahaya dalam kegelapan segala persoalan dengan tidak melupakan tujuan utamanya dan bersedia mengabdi demi bangsa indonesia tercinta.

Mantan Presiden BEM STIE GANESHA (2013-2014)
semester VII jurusan Manejemen
Aktifis Mahasiswa Akar Rumput(AMAR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar